Weekly Journal
Transformatio #8
26 February 2021
Douglas McGregor pada tahun 1960 bersama dengan MIT Sloan School of Management menerbitkan buku The Human Side of Enterprise. Dalam bukunya dia memperkenalkan teori X dan teori Y. Para pelaku teori X percaya bahwa pemimpin tidak percaya kepada orang-orang yang dipimpinnya. Mereka percaya bahwa orang-orang itu malas, tidak mau bekerja, tidak dapat dipercaya, pasif dan tidak ada inisiatif untuk mengambil sebuah tindakan. Oleh karena itu para pemimpin penganut teori X akan cenderung mengatur segala hal, bahkan hal-hal terkecil sekalipun. Mereka akan cenderung melakukan micro managing. Mereka akan selalu mengawasi, karena apabila tidak diawasi maka orang-orang tidak akan bekerja dan bermalas-malasan. Sayangnya masih banyak pemimpin yang seperti ini di masa sekarang.
Sedangkan di sisi lainnya, Teori Y yang didasari oleh pandangan Abraham Maslow mempercayai bahwa orang-orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan tertingginya. Mereka ingin dan dapat dipercaya, bertanggung jawab dan bangga akan pekerjaannya, berkontribusi dalam membentuk sebuah solusi dan menghargai pekerjaannya, relasi yang baik dan menumbuh kembangkan dengan sesama, sukacita, diperlakukan secara adil, dihormati sebagai seorang manusia dan sukacita dalam bekerja. Seorang pemimpin penganut teori Y adalah orang yang menumbuh kembangkan dan memberdayakan potensi kemampuan orang-orang yang dipimpinnya. Mereka percaya bahwa orang yang dipimpinnya bekerja tidak hanya untuk mencari uang saja, tapi juga untuk mendapatkan aktualisasi diri mereka sendiri. Inilah yang disebut kepemimpinan yang didasari oleh bright side atau sis terang dari kepemimpinan itu sendiri.
Chip Conley penulis buku Peak: How Great Companies Get their Mojo from Maslow menuliskan orang-orang menginginkan kesenangan dan kegembiraan. Tidak ada yang dapat memenuhi kedua hal itu selain memenuhi kebutuhan tertinggi mereka. Teori Y juga disebut sebagai “enlightment leadership,” secara harafiah dalam bahasa Indonesia berarti kepempimpinan yang tercerahkan. Pemimpin yang menjadi terang bagi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang berada di dalam pencerahan adalah pemimpin yang menghidupi teori aktualisasi dirinya Maslow.
Apa itu kepemimpinan?
Sebelum menuju kepada kepemimpinan yang tercerahkan ada baiknya kita mengerti apa itu kepemimpinan. Kepemimpinan adalah sebuah topik yang seakan tidak ada habisnya untuk dibahas. Banyak sekali buku, artikel, video ataupun pengajaran tentang kempimpinan. Lalu mengapa saya menulis tentang hal ini? Karena saya akan menuliskan kepemimpinan dari kacamata seorang Neuro-Semanticist. Sebagian dari anda mungkin sudah pernah mengetahuinya dan mungkin sebagian dari anda ini adalah sebuah hal yang sangat-sangat baru. Saya mengangap semua orang punya potensi untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat tanpa terkecuali. Seperti presuposisi NLP yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki sumber daya yang cukup untuk bisa sukses (menjadi pemimpin yang baik), kita hanya perlu untuk mengakses, mengurutkan dan memperkuatnya.
Siapakah seorang pemimpin? Seorang pemimpin adalah orang yang melakukan kata kerja memimpin. Seseorang yang berada di paling depan para pengikutnya dialah seorang pemimpin. Seorang pemimpin memiliki pengikut. Apabila tidak ada yang mengikuti anda, coba di cek apakah anda seorang pemimpin bagi diri anda sendiri? Apabila anda tidak dapat juga memimpin diri anda sendiri, maka mohon maaf, anda tidak memiliki pengikut. Apabila anda tidak memiliki pengikut maka anda bukanlah seorang pemimpin. Walaupun pada kenyataannya banyak juga yang mengikuti kita karena terpaksa. Anda mungkin menjadi seorang pemimpin yang ditunjuk secara titel, direktur, general manager, manager, atau supervisor. Tapi apakah anda benar memimpin orang-orang yang anda pimpin.
Dari kacamata seorang Neuro-Semanticist yang mempelajari ilmu komunikasi berdasarkan aktualisasi diri nya Abraham Maslow, kepemimpinan adalah pertama dan terutama tentang manusia. Kepemimpinan yang membuat seseorang mengaktualisasikan bukan hanya dirinya sebagai seorang pemimpin, tapi juga orang-orang yang mengikutinya. Seorang pemimpin perlu mampu untuk bisa menemukan, menggali dan mengaktulisasikan potensi yang ada di dalam orang-orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan seperti ini hanya bisa didapatkan ketika seorang pemimpin mengerti secara menyeluruh kenapa dia memimpin.
Aktualisasi dalam Neuro-Semantics diartikan sebagai seseorang yang mampu mengeluarkan dan mengerjakan potensi terbesar yang dimilikinya. Orang ini akan mendengarkan nuraninya dan menjadi orang yang otentik dan hidup dalam tujuan tertingginya. Orang ini akan hidup bukan hanya memenuhi kebutuhan fisiologisnya (sandang, pangan, papan, kemanan, sosial dan diri) tapi juga memenuhi kebutuhan tertingginya sebagai seorang manusia yang bermakna. Oleh karena itu orang yang mengaktualisasikan dirinya adalah orang yang mensinergikan antara makna tertinggi dan performa terbaiknya. Pemimpin yang memimpin berdasarkan nilai-nilai, prinsip-prinsip dan niatan tertingginya sebagai seorang manusia.
Pada saat momen inspirasi kelulusan Associate Certified Meta Coach (ACMC) angkatan ke empat di Bali, saya mengisahkan sebuah mercusuar. Dahulu kala ada sebuah desa nelayan yang tinggal di pinggir laut. Laut di sekitar mereka adalah lautan luas dimana banyak batu karang yang besar-besar di pinggir pantai. Setiap kali sebuah kapal tersasar di malam hari atau ketika keadaan berkabut, dapat dipasitkan bahwa kapal itu akan terdampar di dekat pantai atau bahkan karam karena menabrak batu karang yang berada di dekat pantai.
Penduduk desa nelayan selalu dengan sukarela menolong kapal-kapal yang kesulitan. Akhirnya suatu ketika timbulah sebuah ide untuk membantu para kapal nelayan yang berlayar dekat situ agar tidak mengalami musibah di pantai itu. Mereka pun bergotong royong untuk membangun sebuah mercusuar. Setelah beberapa lama, dengan kerja keras, mercusuar itupun akhirnya jadi. Sejak malah pertama mercusuar itu dinyalakan tidak ada lagi kapal nelayan yang terkena musibah di dekat pantai mereka.
Mercusuar ini diibaratkan sebagai seorang pemimpin yang dengan kerja keras membangun dirinya. Dia tidak hanya membangun sendirian, tapi juga berkat dukungan dari orang-orang disekitarnya. Baik keluarga, teman, atasan atau bahkan bawahannya. Laut sekitar diibaratkan sebagai dunia pekerjaan di sekeliling si pemimpin. Dalam dunia pekerjaan itu terdapat kabut ketidakpastian dan batu karang cobaan. Cahaya dari mercusuar diibaratkan sebagai kemampuan si pemimpin itu sendiri untuk dapat memimpin orang-orang yang dipimpinnya mencapai tujuan dengan selamat. Sudahkah anda menjadi seorang pemimpin yang membantu orang lain untuk mencapai tujuan dengan selamat bersama-sama?