PEREMPUAN: UNIK, BERHARGA, BERDAYA

Oleh Giokni
WTC Writer | Trainer | Coach

Tulisan ini berangkat dari respek saya pada seorang perempuan keturunan Yunani yang lahir di Australia—Christine Caine (CC)! Dia banyak menulis buku, berbicara untuk menguatkan banyak orang dan terutama pelayanannya dalam ‘human trafficking’, taglinenya “Slavery Ends Here”, misinya adalah memberdayakan perempuan di manapun.
Dalam salah satu bukunya—UNASHAMED—diceritakan bagaimana mereka menolong korban perdagangan manusia—yang kebanyakan perempuan di bawah umur—untuk dijadikan “budak”/komoditi seks.

Berdasarkan pengalamannya, inilah faktanya.
Situasi yang dihadapi adalah tentang PERBUDAKAN (SLAVERY), korbannya disebut sebagai BUDAK (SLAVE).
Hal. 112; ada perbedaan besar antara 2 hal ini:

  1. Taking the slave out of slavery is a RESCUE MISSION. Merebut budak dari perbudakan adalah misi penyelamatan.
  2. Taking the slavery out of the slave is a PREPARATION PROCESS. Memulihkan (mental, pola pikir, sikap) perbudakan dari seorang budak adalah sebuah PROSES PERSIAPAN (menuju sebuah TRANSFORMASI).

Dibagikan oleh CC, hal pertama yaitu rescue mission adalah hal yang jauh lebih mudah dan cepat dilakukan. Para korban sudah melepaskan status sebagai budak karena telah ditarik keluar dari ‘penjahat’nya dan dibuatkan surat-surat legalitasnya. Namun pemulihan mentalnya sungguh sebuah proses panjang, Tim relawan perlu mendampingi mereka untuk memiliki pola pikir yang memberdayakan.

Teman-temanku para perempuan, mungkin sepintas kita berkata, “Saya bukan budak, saya bukan korban kejahatan perdagangan manusia.” Ya secara outer (fisik, tampaknya), namun bagaimana dengan inner-nya? Apakah pola pikir kita ada label “tak berdaya” sehingga menganggap diri “korban”. Hmmm… saya pun sering mengecek ke dalam diri sendiri.

Sebuah quote dari CC sungguh ‘nampol’, sebagai berikut.

I want women to know that they are not less than, weaker, second, or not enough. They are created in God’s image– greatly valued, loved, chosen, wanted and adored by the Creator of the universe.”

Jadi, mari cek, adakah pola pikir yang…

  • “less than…”—KURANG—yang membuat perempuan kehilangan percaya diri bahkan self esteem.
  • “weaker”—LEBIH LEMAH—yang membuat perempuan mudah menyerah
  • “second”—KELAS DUA—yang membuat perempuan menutup peluang untuk menjadi maksimal
  • “not enough”—TIDAK CUKUP (baik, dll)—yang membuat perempuan minder

Gantikanlah setiap pola pikir yang tidak memberdayakan di atas menjadi…

  • “Saya diciptakan seperti gambar Tuhan sendiri”
  • “Saya berharga, saya bernilai”
  • “Saya dikasihi”
  • “Saya dipilih”
  • “Saya diinginkan dan dikagumi oleh Pencipta Semesta”

Saya dan semua perempuan, apapun profesimu (termasuk Ibu Rumah Tangga penuh waktu, lho), dimana pun berada, “Kita unik dan berharga, KITA BERDAYA”

Note:
Hari Ibu, 22 Desember, tanggal ini diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928. Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
(Wikipedia)

My Simple Thought
22 December 2020
giokni@elevasi.id
WA 0811881610
www.elevasi.id