Penghalang Seorang Coach yang Efektif – Part 1

Weekly Journal
Transformatio #9
04 Maret 2021

Mengevaluasi Klien

Seorang coach yang baik akan mampu mengatasi penghalang-penghalang dalam dirinya sendiri sehingga dia akan bertumbuh menjadi seorang coach yang mampu memberdayakan bukan hanya kliennya tapi juga dirinya sendiri. Penghalang paling utama yang pernah saya alami adalah ketika saya terlalu banyak mengevaluasi keadaan si klien. Ketika saya bertemu dengan seorang klien yang memiliki kendala yang sudah pernah saya alami, maka godaan untuk memberikan nasihat atau contoh pengalaman sangat kuat.

Dengan pengalaman yang dimiliki, maka akan lebih mudah bagi seorang coach terjebak ke dalam penghalang ini. Kendalanya adalah ketika seorang coach tergoda lalu memberikan nasihat, contoh atau arahan kepada klien, maka coach itu sedang “merendahkan” kapabilitas si klien dalam menemukan solusinya. Seolah-olah coach dapat memberikan jawaban terbaik bagi kliennya. Coaching bukanlah konsultasi atau mementor seseorang.

Dalam bukunya Co-Active Coaching, Laura Whitworth mengatakan bahwa tugas seorang coach adalah bertanya, bukan memberikan jawaban. Bahkan ketika klien menemukan jawabannya sendiri maka klien akan menjadi lebih berdaya, efektif dan puas dalam sesi coachingnya. Hal ini juga membuat kliennya lebih mungkin melakukan sendiri apa yang dikatakannya. Dengan begitu klien coaching yang menemukan sendiri jawabannya akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk sukses mendapatkan tujuannya.

Cara untuk mengatasi keinginan untuk mengevaluasi klien adalah menanamkan betul prinsip bahwa setiap orang mampu menemukan solusinya sendiri, sumber daya yang dimiliki oleh klien kita sudah lebih dari cukup untuk membawanya mencapai tujuannya. Tugas seorang coach adalah memfasilitasi klien bukan mengarahkan, menasihati atau mengajarkan klien untuk mencapai tujuannya.

Cara kedua adalah dengan rendah hati, seorang klien datang kepada seorang coach karena sudah “diatur” dari sananya. Seorang coach hanyalah seorang alat yang mau dipakai untuk membantu klien mencapai tujuannya. Oleh karena itu saya perlu sadar akan peran saya sebagai seorang coach. Ada alasan lebih besar daripada hanya sekedar membuktikan kemampuan seorang coach.

Dengan menyadari peran coach, maka kita bisa memiliki sebuah sikap seolah-olah “Saya tidak tahu apa-apa tentang klien saya.” Adapun yang dikatakannya menarik perhatian saya sehingga saya ingin tahu lebih banyak lagi. Ini juga memampukan saya menumbuhkan kebiasaan ingin terlebih dahulu mengerti orang lain dan mendengarkan dengan lebih baik. Ketika begitu maka kemampuan mendengarkan seorang coach akan menjadi lebih baik. Karena mendengarkan lebih baik maka coach dapat memberikan pertanyaan mendasar dan pertanyaan menggali pemikiran yang mampu membawa klien untuk bertransformasi dan mencapai tujuannya sendiri.

Apabila anda seorang coach yang profesional, sudahkah menyadari peran anda sebagai seorang coach? Bahwa coaching bukanlah tentang anda, tetapi melalui fasilitasi anda, anda membawa seseorang untuk dapat mencapai tujuannya dan menghidupi potensi tertingginya.

To your highest and best
Irvan Irawan Jie
Neuro-Semantics Trainer
President Meta-Coach Foundation Indonesia