Penghalang Seorang Coach yang Efektif – Part 1 – Evaluating Your Client

Penghalang Seorang Coach yang Efektif – Part 1 – Evaluating Your Client

Selamat siang teman-teman Meta-Coaches. Hari ini saya akan berbagi tentang penghalang seorang coach yang pernah saya alami sendiri. Seorang coach yang baik akan mampu mengatasi penghalang-penghalang dalam dirinya sendiri sehingga dia akan bertumbuh menjadi seorang coach yang mampu memberdayakan bukan hanya kliennya tapi juga dirinya sendiri.

Penghalang paling utama yang pernah saya alami adalah ketika saya terlalu banyak mengevaluasi keadaan si klien. Ketika saya bertemu dengan seorang klien yang memiliki kendala yang sudah pernah saya alami, maka godaan untuk memberikan advice atau leading sangatlah kuat.

Dengan pengalaman yang kita miliki, maka akan sangatlah mudah kita terjebak ke dalam penghalang ini. Kendalanya adalah ketika kita memberikan advice atau leading kepada klien, maka kita “merendahkan” kapabilitas si klien dalam menemukan solusinya. Coaching bukanlah Consulting atau Mentoring.

Dalam bukunya Co-Active Coaching, Laura Whitworth mengatakan bahwa tugas seorang coach adalah bertanya, bukan memberikan jawaban. Bahkan ketika klien menemukan jawabannya sendiri maka klien akan menjadi lebih berdaya, efektif dan puas dalam sesi coachingnya. Hal ini juga membuat kliennya lebih mungkin melakukan sendiri apa yang dikatakannya.

Caranya saya mengatasinya adalah menanamkan betul prinsip bahwa setiap orang mampu menemukan solusinya sendiri, sumber daya yang dimiliki oleh klien kita sudah cukup untuk membawanya mencapai tujuannya. Tugas seorang coach adalah menfasilitasi klien bukan mengarahkan atau mengajarkan klien untuk mencapai tujuannya.

Cara kedua adalah dengan rendah hati, seorang klien datang kepada saya karena sudah “diatur” dari sananya. Saya hanyalah seorang alat yang mau dipakai untuk membantu klien mencapai tujuannya. Oleh karena itu saya perlu sadar akan peran saya sebagai seorang coach.

Dengan menyadari peran saya, maka saya bisa memiliki sebuah sikap seolah-olah “Saya tidak tau apa-apa tentang klien saya.” Apapun yang dikatakannya menarik perhatian saya sehingga saya ingin tau lebih banyak lagi. Ini juga memampukan saya menumbuhkan kebiasaan ingin terlebih dahulu mengerti orang lain dan mendengarkan dengan lebih baik.

Ketika saya melakukannya maka Listening saya akan menjadi lebih baik, karena listening lebih baik maka saya dapat memberikan pertanyaan dan meta-question yang mampu menginduce states untuk klien mencapai tujuannya sendiri.

Silahkan manfaatkan sharing ini untuk perkembangan skill kita sebagai seorang coach yang mengaktulisasikan orang banyak. Besok saya akan sharekan penghalang-penghalang lainnya.

Irvan Irawan Jie