Editor: Meta-Coach Tina Melinda
berdasarkan an online zoom session dengan Michael Hall, exclusive for Meta-Coach and NS Trainer Indonesia
05 June 2020
Thinking and Not Thinking
Salah satu temuan yang sangat menarik tentang manusia adalah “ternyata banyak orang yang pada dasarnya tidak berfikir, Most people are not thinking, they are not actually thinking.” Berikut ini adalah 6 kategori yang tidak termasuk berfikir/not thinking:
- Reactive; kita berespon atas perkataan dan perilaku orang lain secara reaktif. Jika kita mengambil waktu sedikit untuk berfikir, maka kita tidak akan bereaksi secara langsung.
- Automatic Thinking; kita berespon secara otomatis tanpa melihat dan mendengar apa yang terjadi, bahkan kita tidak mengetahui atau menyadarinya. Respon kita dikendalikan oleh program lama yang kita miliki.
- Borrowed thinking; ; pemikiran yang bukan milik kita, kita hanya melakukan coding atas pemikiran orang lain.
- Superficial thinking; Orang yang hidup hanya melihat permukaan saja dan tidak mencoba mendalami sesuatu, mereka cenderung memiliki Shallow Thinking/Wishful Thinking dan naïve.
- Agenda Thinking; Ini adalah saat dimana kita berbicara, mendengarkan, merasakan hanya untuk memenuhi agenda yang sudah kita tentukan, bahkan terkadang, apa yang kita dengar itu pada dasarnya tidak ada dan tidak diucapkan orang lain, kita menjadi cenderung mind reading, melakukan asumsi-asumsi, loncat kepada kesimpulan.
- Certainty / I am sure. Saat seseorang sudah berada pada tahapan certainty ini, maka dia sebenarnya sudah menutup diri untuk belajar, karena dia merasa sangat yakin, tidak ada peluang untuk salah dan kemungkinan-kemungkinan lain.
Jika keenam proses diatas tidak termasuk thinking maka, apa saja kemudian yang dapat kita kategorikan sebagai thinking? Nah..ini nih yang termasuk dalam kategori Real thinking:
- Considering – Seseorang mulai berfikir saat mereka mulai mempertimbangkan dan menganalisa sebuah pemikiran.
- Questioning – Ketika kita mengajukan pertanyaan, pada dasarnya kita sudah berfikir.
- Doubting – Saat seseorang merasa ragu dan skeptic, tidak tahu apakah akan menerima atau menolak, apakah ini atau itu, maka sebenarnya dia sudah mulai berfikir.
- Inferring – Infering adalah tentang asumsi yang kita fikirkan. Kita mulai menebak / guessing, melakukan hipotesa/ hypothesizing,
- Creating – menciptakan, termasuk melakukan imajinasi untuk menghasilkan sesuatu, berandai-andai.
- Organizing – menyusun kembali beberapa hal, menatanya kembali sehingga menghasilkan pemahaman dan strategy.
- Meta thinking – yaitu saat kita mundur sebentar dan mempertimbangkan kembali pemikiran atas pemikiran kita sehingga kita bisa self-correcting.
- Discern – Ini adalah tentang kearifan, wisdom, respective, being cognition.
Neuro-semantics dan Critical Thinking.
Neuro-semantics adalah communication model. Untuk bisa memahami communication model seseorang, kita perlu mengetahui cara befikir, gaya berfikir dan frame seseorang. Jadi, rahasia tersembunyi atau Hidden core dari komunikasi adalah thinking.
Neuro-semantics adalah model dari bagaimana manusia berfikir dan bagaimana manusia berfikir atas apa yang difikirkannya (meta-thinking). Saat seseorang mengambil waktu tertentu untuk memikirkan apa yang tengah dipikirkannya, maka orang tersebut akan memiliki kesempatan untuk mengoreksi pemikirannya dan pada akhirnya akan menjadikannya sebagai seorang pemikir yang efektif, akurat, dan otentik.
Jadi, dengan meta-thinking, kita diajak untuk berpikir secara kritis atas apa yang kita pikirkan sehingga kita bisa melihat lebih jelas dan menguraikan lebih jelas tentang apa yang terjadi. Sederhananya, dapat dikatakan bahwa saat kita melakukan meta-thinking maka sebenarnya kita juga melakukan critical thinking. Critical thinking essentially is meta-thinking, using your highest your executive brain.
Slow vs Fast Thinking
Daniel Kahneman di dalam bukunya fast & slow thinking membagi thinking ke dalam dua kategori yaitu slow thinking dan fast thinking. Jika dikaitkan dengan konsep executive thinking dalam neuro-semantics, maka dapat dilihat bahwa yang termasuk fast thinking adalah 6 kategori tidak berfikir seperti: reactive thinking, agenda thinking, superficial thinking, automatic thinking. Sedangkan slow thinking adalah saat kita melakukan proses befikir yang sebenarnya, sesuatu yang lebih logis dan masuk akal. Slow thinking adalah berfikir tentang pemikiran kita dan berfikir tentang respon kita.
summary by Meta-Coach Tina Melinda,
June 2020