Niat vs. Niatan

Weekly Journal
Transformatio #3
4

Struktur Motivasi – Bagian 2

Dalam tulisan pertama tentang struktur motivasi yang dapat anda akses di sini. Saya sudah membahas bahwa tidak ada orang yang tidak termotivasi. Kita semua termotivasi oleh sesuatu dan motivasi yang kita miliki akan memberikan sebuah emosi tertentu yang akhirnya akan memberikan energi bagi anda dan saya untuk melakukan apa yang memang penting bagi hidup kita. Tulisan kali ini akan lebih membahas lagi bagaimana kepentingan-kepentingan yang anda dan saya miliki dapat memberikan emosi baik yang akhirnya menciptakan energi untuk kita melakukan apa yang memang ingin dilakukan.

Energi akan mengalir kemanapun atensi kita berada yang didasari oleh niat. Ah, niat, setiap dari kita punya niat. Bagi saya niat itu adalah untuk mengurangi berat badan dan menjadi lebih sehat. Sayangnya niat saya kadang bertolak belakang dengan niat awal saya. Selain saya ingin menjadi lebih sehat, saya juga punya niat untuk makan enak, tidur larut malam, bangun lebih siang dan berolahraga jari di layar smartphone saya. Niat yang bertolak belakang ini akan mengalihkan energi yang saya miliki. Yang mana yang saya rawat dan pertahankan, itulah yang akan memenangkan tarik ulur energi yang saya miliki dalam perilaku saya.

Niat akan mengendalikan energi yang mengalir kepada atensi. Niat adalah sebuah proses di dalam diri seseorang karena menyadari apa yang penting dalam dirinya. Setiap niat yang kita miliki adalah sesuatu yang penting untuk dihidupi dalam diri setiap kita. Niat akan mendorong seseorang untuk melakukan apa pun yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan penting dari niat tersebut. Sayangnya terkadang saya tidak terlalu menyadari sepenuhnya apa pentingnya dari perilaku yang perlu saya lakukan.

Karena niat bisa saja bertolak belakang, maka saya perlu memutuskan niat mana yang akan saya rawat dalam diri saya. Niat yang saya rawat saya sebut sebagai “niatan.” Niatan terbentuk dari rasa tanggung jawab dalam diri saya untuk memutuskan dan terus menerus menyadari niat apa yang akan saya gunakan dalam melakukan hal yang penting bagi diri saya. Tentu sebelum saya memutuskan saya perlu benar-benar sadar dan menyadari apa yang penting bagi saya untuk melakukan hal yang ingin saya lakukan tersebut. Kesadaran menjadi sebuah faktor yang krusial untuk setiap kita dalam memiliki motivasi yang akan memampukan kita mencapai tujuan-tujuan kita.

Untuk menemukan apa pentingnya sebuah perilaku, maka seseorang dapat menggunakan sebuah pertanyaan yang sederhana: “Apa pentingnya?” Apa pentingnya bagi anda untuk melakukan perilaku yang ingin atau tidak ingin anda lakukan. Segala sesuatu yang anda dan saya lakukan sudah pasti ada sebuah kepentingan dan nilai baiknya. Oleh karena itu tidak heran apabila sebuah perilaku yang tidak ingin saya lakukan pun ternyata memiliki sebuah nilai penting yang juga bagi diri saya. Menanyakan apa pentingnya hanya sekali tidak cukup, tanyakan apa pentingnya minimal lima kali dan tidak ada batasan maksimal. Semakin anda menanyakan diri anda, maka akan semakin banyak kesadaran yang akan anda dapatkan.

Dari setiap jawaban yang anda dapatkan dari pertanyaan apa pentingnya, tanyakan apa pentingnya jawaban tersebut bagi anda. Dari semua jawaban apa pentingnya tersebut pisahkan yang mana perilaku yang ingin anda lakukan, yang mana perasaan-perasaan saja dan yang mana yang benar-benar penting bagi anda. Hal-hal yang penting bagi anda biasanya adalah sebuah nilai atau prinsip yang selama ini anda sudah pegang teguh dalam hidup anda.  

Menyadari hal-hal penting yang jawaban yang anda berikan, berikutnya yang anda perlu lakukan adalah memutuskan apakah benar hal-hal tersebut penting bagi anda. Kalau memang hal-hal tersebut benar-benar penting bagi anda, maka anda dapat dengan mudah mengatakan “Saya akan melakukan apa pun yang perlu saya lakukan untuk dapat menghidupi perilaku yang saya ingin lakukan.”

Hal yang ingin saya lakukan adalah sesuatu yang penting, saya tahu hal itu. Saya juga sudah sadar bahwa saya perlu memutuskan untuk melakukannya. Tetapi terkadang yang perlu saya lakukan itu tidak membawa kenikmatan. Bagaimana saya dapat lebih menikmati hal-hal yang perlu saya lakukan karena hal itu penting bagi saya. Saya akan menuliskannya di bagian tiga dari struktur motivasi ini.

To your highest and best,

Irvan Irawan Jie

Neuro-Semantics Trainer

Associate Certified Meta-Coach