MENGELOLA NILAI-NILAI PADA ANAK

Weekly Journal
Transformatio #17
30 April 2021

(Family Coaching Series)

Nilai- nilai atau values adalah hal-hal yang disukai, dianggap bernilai, penting, bermanfaat dan mendesak. Manusia punya kemampuan untuk mengamati, memahami, menyimpulkan, meniru dan memperbaiki nilai-nilai seiring dengan perjalanan pengalaman hidupnya.

Nilai-nilai inilah yang mampu membuat seseorang termotivasi, mencintai, merasakan emosi positif, favoritisme, memilih yang dinginkan dan memiliki banyak kesukaan serta bahkan kecanduan.

Nilai-nilai ini pula yang berpotensi membuat seseorang demotivasi, membenci, merasakan emosi negatif, fanatisme negatif dan ketidaksukaan pada hal-hal tertentu.

Beberapa ahli dan pengamat perkembangan anak mengatakan bahwa anak-anak  memiliki values sejak lahir, terus berkembang mengikuti lingkungan dan makin terlihat ekspresinya saat anak sudah mulai mampu bicara dan mengendalikan gerakan-gerakan motorik.

Bayi yang baru atau beberapa hari lahir, sudah mampu mengekspresikan ketakutan, ketidaknyamanan dan kesepian dengan tangis dan gerakan tubuhnya. Mereka juga telah mampu mengekspresikan kebahagiaan, kenyamanan dan kelegaan dengan tawa dan gerak-gerak lucunya.

Pada perkembangan selanjutnya, bayi mulai belajar sesuatu yang dia sukai dan tidak sukai serta sesuatu yang dia miliki atau tidak miliki. Bayi mulai menyukai makanan atau minumam sederhana yang diberikan. Bayi juga mulai memegang benda-benda yang ada di sekelilingnya. Menggenggam erat benda-benda yang disukai dan tidak mengizinkan orang lain memintanya.

Pada usia 2 atau 3 tahun, anak-anak sudah mulai menghubungkan antara hal-hal yang dia sukai dengan bagaimana mengekspresikannya. Dia juga mulai suka meniru hal-hal yang disukai orang-orang terdekatnya, tanpa mengetahui alasannya.

Pada usia 4 – 6 tahun anak-anak mulai mengetahui hal-hal yang baik dan buruk sesuai apa yang dilihat dan konsekuensinya, serta bimbingan dari orang tua atau kakaknya.

Pada usia 6 – 10 tahun anak-anak sudah mulai terlatih dengan hal-hal yang disukai, menyenangkan, nyaman, perlu dilakukan segera, bermanfaat dan mendatangkan hadiah. Mereka juga mulai terbiasa secara bawah sadar mengetahui hal-hal yang tidak disukai, menjengkelkan, tidak nyaman, hal-hal yang perlu dilakukan belakangan, tidak bermanfaat dan mendatangkan konsekuensi. Di usia-usia ini beberapa nilai-nilai positif perlu mulai dipahamkan dan dijelaskan manfaat positifnya kepada anak-anak.

Lalu apa yang perlu dilakukan oleh orangtua?

Berikut 5 tips yang dapat dipakai orangtua untuk mengelola nilai-nilai anak.

  1. Menanyakan hal-hal yang anak suka

Sepertinya halnya orang dewasa, anak-anak juga memiliki banyak kesukaan seperti makanan, hewan kesayangan, film favorit, tokoh yang dikagumi, lagu yang disukai, teman yang disukai, guru yang disukai, mata pelajaran yang disukai dan sebagainya. Tanyakan kesukaan-kesukaan anak dan mengapa dia suka. Jawaban si anak menunjukkan nilai-nilai dasar yang dia miliki.

Contoh:

Mama  : Apa makanan yang kamu suka?

Anak    : Aku suka ayam goreng?

Mama  : Apa yang membuatmu suka ayam goreng Nak?

Anak    : Ayam goreng itu rasanya gurih dan enak. Membuat aku makan banyak sehingga aku bisa sehat (nilai).  Kalau aku sehat maka aku jadi rajin belajar dan pintar (nilai)

2. Menanyakan manfaat dari sesuatu.

Pemahaman tentang manfaat adalah salah satu ekspresi dari nilai-nilai yang dimiliki anak. Kadang-kadang anak-anak belum menyadari manfaat dari sesuatu sampai setelah ditanyakan kepadanya.

Contoh:

Mama  : Nak, Mama lihat tiap hari kamu belajar. Apa sih manfaatnya belajar buatmu?

Anak    : Kalau kita belajar kita jadi tahu dengan lengkap (nilai) Ma. Terus kita jadi yakin dan jelas atas ilmu yang sedang kita pelajari (nilai). Kalau sudah yakin, maka jadi mudah menghafalnya (nilai). Begitu Ma.

3. Menggunakan nilai-nilai yang disukai untuk memotivasi

Gunakan nilai-nilai yang disukai anak untuk memotivasinya melakukan hal-hal yang positif.

Contoh:

Mama  : Nak kapan kamu akan rutin berolahraga tiap hari?

Anak    : Belum tahu nih ma

Mama  : Olah raga itu bikin sehat kan ya?

Anak    : Iya dong Ma.

Mama  : Dan kalau sehat maka kamu akan jadi rajin belajar kan?

Anak    : Iya dong Ma.

Mama  : Dan kalau kamu rajin belajar, maka kamu akan pintar kan?

Anak    : Bener bener Ma. Mama kok bisa tahu sih pikiranku?

Mama  : Mama mau olah raga pagi nih. Mau ikut tidak?

Anak    : Ya ikut ikut Ma

4. Menggunakan nilai-nilai manfaat untuk memotivasi

Gunakan nilai-nilai manfaat yang diyakini anak untuk memotivasinya melakukan hal-hal yang positif.

Contoh:

Mama  : Nak, Mama lihat 2 hari terakhir ini kamu kurang belajarnya

Anak    : Iya nih Ma. Lagi kurang semangat.

Mama  : Dengan belajar kamu jadi tahu dengan lengkap kan ya?

Anak    : Iya dong Ma.

Mama  : Dengan belajar kamu jadi yakin dan jelas atas ilmu yang kamu pelajari kan ya?

Anak    : Iya dong Ma.

Mama  : Dan kalau kamu yakin dan jelas, maka kamu jadi mudah menghafalnya kan ya?

Anak    : Bener bener Ma. Mama kok bisa tahu sih pikiranku?

Mama  : Ayuk belajar. Mama juga mau belajar nih

Anak    : Okey Mama

5. Menanyakan hal-hal yang tidak suka dan menemukan nilai positifnya.

Hal-hal yang anak tidak suka, dapat dipakai pula untuk menemukan nilai-nilai anak dengan cara menanyakan sebaliknya.

Contoh:

Mama  : Nak, apa pelajaran yang kamu paling tidak suka?

Anak    : Olah raga Ma

Mama  : Mengapa kamu tidak suka?

Anak    : Kegiatannya monoton Ma. Hanya itu-itu saja.

Mama: Apakah artinya kalau kegiatannya tidak monoton, tidak itu-itu saja dan penuh variasi, kamu akan menyukai pelajaran olah raga?

Anak    : Iya dong Ma.

Mama  : Terus apa yang akan kamu lakukan?

Anak    : Aku akan usul kepada Pak Guru Ma.

Mama  : Bagus