Memanfaatkan Masa Lalu

Weekly Journal
Transformatio #35

Tadi pagi, saya menonton kembali video presentasi saya di ‘Evening Presentation NSTT 2022’ setelah menonton kembali, saya menemukan hal-hal tidak efektif saya lakukan untuk mencapai level Master Trainer.

Dan di saat menemukan hal-hal tidak efektif tersebut saya menemukan hal-hal yang dapat saya perbaiki di saat ini, yang bila saat presentasi lagi saat ini saya sudah bertambah efektif. Proses kesadaran ini, memunculkan sebuah pemikiran, bahwa masa lalu dapat membuat kita lebih baik di saat ini.

Bila kita melihat hasil-hasil karya/teknologi yang ada saat ini, tidak lepas dari apa yang dimulai dari masa lalu, dan pasti juga ada melibatkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dari proses penciptaan tersebut di masa lalu tersebut.

Memang ada yang mengatakan, masa lalu jangan diingat-ingat.. Masa lalu perlu dilupakan.. Yang sudah lewat, ya sudah lah maafkan dan lepaskan. Hal tersebut dapat menjadi benar.. Masa lalu sudah lewat, dan sudah tidak nyata lagi dan memang tidak perlu diingat, tidak perlu sampai membuat sakit hati di saat ini, ataupun dendam dan marah serta kesal akan masa lalu.

Masa lalu dapat kita olah menjadi hal bernilai, seperti sampah menjadi kompos yang berguna. Hari ini tidak lepas dari masa lalu. Bila anda mau membuat hari ini lebih baik maka perlu melihat kembali masa lalu dan pelajari dan petik pelajaran-pelajaran dari masa lalu kita maupun orang lain.

1 hal yang seringkali jadi penghambat seseorang untuk mengambil pelajaran dari masa lalu, adalah merasa waktu yang terbuang sia-sia, padahal justru pada saat tidak mengambil pelajaran dari masa lalu tersebut lah waktu kita menjadi terbuang sia-sia. Karena masa lalu sudah terjadi dan sudah lewat, dan saat ada sebuah kesempatan yang dapat membuat kita menjadi lebih baik dan tidak kita ambil, bukankah hal tersebut malah membuat kita menyia-nyiakan waktu kita?

So, bila kita masih suka terluka/trauma/kesal/marah/menyesali dari masa lalu, maka kondisi tersebut menjadi sebuah wakeupcall untuk kita mau berani melihat dan mengamati dengan seksama kesalahan-kesalahan yang kita lakukan maupun orang lain lakukan sehingga pengalaman tidak menyenangkan tersebut dapat menjadi harta bernilai, karena pengalaman yang tidak menyenangkan menyimpan pelajaran-pelajaran yang dapat membuat kita menjadi lebih baik saat ini.

Di Neuro-Semantics, kita belajar untuk bagaimana mengakses state menerima, menghargai dan takjub (awe), 3 states yang sangat membantu untuk menerima dan melihat hal baik dari sebuah situasi, sehingga kita mampu takjub dari waktu ke waktu.. Dan kita dapat menerapkan 3 states ini ke pengalaman-pengalaman masa lalu kita, menerima apa ada nya, menghargai dengan melihat hal baik yang didapatkan (tidak mungkin tidak ada :D) dan kemudian takjub dengan pengalaman yang dialami.

Bukankah luar biasa, dengan memahami ini, kita sebenarnya dapat menjadi lebih baik dari waktu ke waktu?

01-WA
Neurosemanticist