In Terms of Leadership

Kemarin saya baru saja berbincang-bincang dengan kedua teman saya yang saya anggap sebagai seorang leader yang kompeten dalam bidangnya masing-masing. Keduanya adalah seorang Neuro-Semantics Trainer dan Meta-Coach. Yang satunya Vibra Bihara, mantan direktur Adidas South Asia dan satunya lagi Samiton Pangelah founder dari Abba Love Ministries. Beberapa konsep kepemimipinan saya berubah dalam perbincangan kemarin dan ini membuat saya merefleksikan kepemimpinan saya sendiri. Ini salah satu keuntungan saya bisa berada di dalam komunitas yang saling membangun, kita bisa belajar satu sama lainnya. Tapi komunitas akan menjadi sebuah topik di tulisan lain.

Satu kalimat yang saya dapatkan dari Vibra adalah

“Kepemimpinan adalah tentang pembentukan karakter kita sebagai seorang pemimpin.”

Vibra Bihara

Kalimat ini membuat saya berpikir, karakter apa yang sedang saya tunjukkan sebagai seorang pemimpin. Saya tersadar bahwa selama ini ada beberapa karakter saya yang mensabotase kepemimpinan saya. Bukan hanya dalam hal kepemimpinan tapi juga merambat ke hal-hal lainnya dalam kehidupan saya.

Salah satu konsep saya yang menghambat adalah menghindari konflik. Ini saya mulai sadari ketika beberapa bulan lalu ada yang memberikan saya feedback bahwa saya lebih suka menghindar daripada menghadapi sebuah pembicaraan yang bagi saya, saya anggap “ribet.” Ternyata dengan menghindari konflik yang terjadi adalah harmoni yang semu, alias tidak membawa sebuah organisasi kemana-mana. Ini juga terefleksikan dari organisasi itu sendiri. Setiap orang dalam harmoni yang semu akhirnya menjadi orang-orang yang tidak mampu perform secara optimal. Sehingga visi dan misi sebuah organisasi pun akan menjadi sebuah sasaran yang sepertinya akan menjadi sangat menantang untuk dicapai.

Setelah perbincangan itu saya sadari bahwa dalam sebuah organisasi konflik itu adalah sebuah kesempatan untuk melatih ilmu komunikasi yang selama ini sudah dipelajari. Saatnya untuk bisa mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari dan benar-benar menggunakannya. Terkadang saya lupa bahwa skill sudah dimiliki, yang menghambat adalah cara pikir saya yang selama ini mensabotase saya sendiri. Komunikasi adalah bagaimana mengartikulasikan apa yang ada dipikiran dan disampaikan dengan jelas sehingga orang-orang yang dipimpin juga mengetahui apa yang ada dalam pikiran si pemimpin.

Menghadapi konflik adalah sebuah kesempatan untuk melatih ilmu komunikasi dan belajar menjadi pemimpin

Irvan Jie

Dengan komunikasi yang baik, akhirnya konflik diharapkan bisa diselesaikan dengan baik. Dengan begini karakter sebagai seorang pemimpin yang mengayomi, mengutamakan kepentingan organisasi daripada ego, saling belajar dan saling support, menjadi saluran pertumbuhan bersama dan akhirnya menciptakan pemimpin-pemimpin baru di masa depan.

To your unleashed leadership genius,

Irvan Jie