Weekly Journal
Transformatio #20
21 Mei 2021
Forgiveness yang akan saya bahas kali ini artinya adalah memaafkan, bisa untuk memaafkan diri sendiri, bisa untuk memaafkan orang lain.
Pasti teman-teman semua sudah sering mendengan istilah ini, dan pasti sudah pernah melakukan perbuatan memaafkan dan pasti pernah menerima dari orang lain yang memaafkan. Memaafkan ini bisa dilakukan oleh siapapun, di mana saja dan kapan saja. Tapi, mengapa kita sering menemui orang yang tidak bisa memaafkan orang lain? Mungkin kita juga masih menyimpan perasaan negatif di sudut-sudut hati, belum bisa memaafkan orang lain, dan yang tidak jarang ditemui adalah tidak bisa memaafkan diri sendiri.
Memaafkan bukan berarti kita menerima kesalahan yang diperbuat menjadi benar. Kita tahu bahwa hal itu salah, tetap akan salah secara value. Bagaimana bisa memaafkan atas hal yang salah?
Apakah memaafkan perlu skill khusus?
Memaafkan akan sangat mudah dilakukan bila kita tahu arti dari memaafkan itu untuk diri kita.
Langkah yang pertama : Menemukan arti “ memaafkan”
Saya pernah memberikan arti bahwa bila saya memaafkan, maka persoalan selesai, dunia damai sejahtera.
Ketika saya mencoba memahami “arti” memaafkan saya. Ternyata, artinya memaafkan adalah perbuatan transksional, ketika saya lakukan “ini”, maka saya akan mendapatkan “itu” dari orang yang saya maafkan.
Saya berharap orang tersebut akan berhenti mengganggu saya.
Saya berharap ketika saya memaafkan suatu kesalahan dari seseorang, maka dia tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama kepada saya.
Memaafkan menjadi sangat mudah buat saya, seorang yang “ahli memaafkan”.
Namun, apa yang terjadi ketika orang tersebut melakukan lagi kesalahan yang sama? Saya kecewa, dan bangkitlah perasaan marah.
“Hei, saya sudah memaafkan kamu kemarin, kenapa kamu masih melakukan kesalahan lagi, kenapa kamu masih mengganggu hidupku”
Di sini saya secara tidak sadar mulai merasa menjadi ahli memaafkan yang bisa mengatur perilaku orang lain, di mana pada kenyataannya saya tidak punya kuasa untuk itu sama sekali.
Jadi, ketika saya mulai mengevaluasi kembali arti yang saya berikan pada kata memaafkan, maka saya menyimpulkan bahwa memaafkan adalah melakukan kebaikan untuk diri sendiri, tidak ada hubungannya sama sekali dengan perilaku orang yang bersalah di kemudian hari. Memaafkan itu tanpa pamrih. Tidak mengaharapkan orang lain melakukan sesuatu yang baik bagi kita. Memaafkan untuk membebaskan diri kita dari emosi negative yang kita simpan sehingga kita bisa move on dengan ringan. Bagaimana kalau dia melakukan kesalahan lagi? Maafkan lagi. Sampai kapan? Selama masih ada kesalahan, maafkan terus.
Langkah kedua : Memetakan proses memaafkan agar bisa direalisasikan menjadi tindakan
Apakah benar kamu ingin memaafkan? Menanyakan hal ini akan mengingatkan, apakah tindakan ini memang benar-benar ingin dilakukan atau hanya sebatas wacana saja.
Contoh : Ya benar
Apa yang membuat dirimu ingin memaafkan? Kenapa ingin memaafkan? Apakah ingin memaafkan itu penting bagimu? Kenapa itu penting? Kenapa? Kenapa?
(Perlu mencari penyebab yang mendorong untuk melakukan memaafkan ini, dan alasannya sampai ketemu alasan utama dibaliknya).
Contoh : Karena saya ingin hidup saya damai, supaya saya bisa lepas dari bayang-bayang kemarahan saya, ini penting, karena saya bisa menjadi diri saya sendiri bila saya memaafkan.
Apa yang kamu dapatkan bila kamu memaafkan? Apa artinya buat mu? Apa yang kamu rasakan bila kamu berhasil memaafkan? Apakah itu yang kamu mau? Kenapa?
Contoh : Saya bisa mendapatkan ketenangan, artinya saya bisa lepas dari masalah di masa lalu dan move on. Rasanya akan damai di hati. Ya itu yang saya mau, karena saya ingin ada perubahan dalam hidup saya.
Apa yang terjadi bila kamu tidak memaafkan? Apakah kamu siap menerima konsekuensinya bila kamu tidak memaafkan?
Contoh : Saya akan terus menyimpan emosi negative di dalam hati saya. Saya tidak mau hidup saya dibelenggu oleh emosi itu.
Bila keputusanmu adalah memaafkan, apakah kamu tahu cara untuk memaafkan?
Apakah kamu mampu melakukannya?
Apa keputusanmu? Kapan akan dilakukan, di mana, dan dan bagaimana step-stepnya?
Nah untuk point ini, silakan dicari contoh yang paling cocok untuk dirimu sendiri..
Demikian sharing saya, seorang yang masih terus belajar, semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman yang membacanya. Yang saya sharingkan adalah pengalaman dan pandangan pribadi saya, bila ada yang kurang berkenan harap dimaklumi karena perjalanan kita berbeda.
Meta high five,
Best Regards,
Utami Muliawaty